Princeton mendefinisikan kata pemuda (youth) dalam kamus
Webstersnya sebagai “the time of life between childhood and maturity; early
maturity; the state of being young or immature or inexperienced; the freshness
and vitality characteristic of a young person”.
Sedangkan dalam kerangka usia, WHO menggolongkan usia 10 –
24 tahun sebagai young people, sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan
usia 10 -19 tahun.
Seorang pemuda harus dapat beradaptasi dan bergaul dengan
lingkungan di sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar para pemuda dapat
menumbuhkan sikap rasa peduli dan rasa kebersamaan antar sesama manusia. Pada
masa saat ini teknologi yang sangat maju banyak di salahgunakan oleh para
pemuda yang tidak lain tidak bukan merupakan efek dari adanya proses
globalisasi. Dampak dari adanya hal ini adalah timbulnya sikap individual
didalam diri pemuda sehingga para pemuda tersebut kehilangan sikap pedulinya
terhadap sesama. Hal ini dapat kita lihat di sekitar kita. Banyak pemuda –
pemuda yang tidak mau ikut serta dalam kegiatan – kegiatan disekitar
lingkungannya seperti kerja bakti, karang taruna dan lain – lain. Para pemuda
lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang sia – sia yang malah
tidak memiliki manfaatnya sama sekali, contohnya seperti main game, jalan –
jalan ke mal dan kegiatan – kegiatan lainnya yang tidak ada manfaatnya.
Dalam kehidupannya seorang pemuda dituntut dapat
bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Proses sosialisasi pemuda
didefinisikan proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian
diri. Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari dalam keluarga. Melalui proses
sosialisasi, individu (pemuda) akan terlihat cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan proses sosialisasi, individu menjadi tahu
bagaimana ia mesti bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan
budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia
masyarakat dan beradab. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang
membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup
dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari
anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan
dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang
mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu,
sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian
dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi,
merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang
lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan
“aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1.Dalam proses
sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang
lain memandang dan memperlakukan dirinya.
2.Dalam proses
sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui
dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari
orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak
terhadap norma-norma sosial.
Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi
adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang
terdapat dalam kebudayaan masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses
sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat atau
mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan
pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru yang sesuai dengan
kebudayaan.
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya.
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya.
Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat
dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan
negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda kearah masyarakat
madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak - anak.
0 komentar:
Posting Komentar